KONSEP NILAI NORMA DAN MORAL


MAKALAH
KONSEP NILAI NORMA DAN MORAL



Disusun Oleh :
Kelompok 2
Rika Sulistyowati                     170321100009
Dian Akbarani Sahira               170321100011
Mauli Sofi Agustin                   170321100013
Agung Setyawan                      170321100015


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2017



DAFTAR ISI




BAB I PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi dan membutuhkan bantuan dengan sesamanya. Dengan adanya hubungan sesama seperti itulah perlu adanya keteraturan sehingga individu dapat berhubungan secara harmoni dengan individu lainnya. Oleh karena itu di perlukan aturan yang disebut “Hukum”. Hukum diciptakan dengan tujuan yang berbeda-beda, ada yang menyatakan kegunaan, ada yang menyatakan kepastian hukum, dan lain lain. Aturan hukum dan moral terdapat hubungan yang erat sekali, ada pepatah yang mengatakan “Quid leges sine moribus?” Apa artunya undang-undang kalau tidak disertai moralitas? Dengan demikian hukum tidak akab berarti tanpa dijiwai moralitas, hukum akan kosong tanpa moralitas. Oleh karena itu kualitas hukum harus diukur dengan norma moral, perundang-undangan yang immoral harus diganti. Di sisi lain, moral juga membutuhkan hukum, sebab moral tanpa hukum hanya angan-angan saja, kalau tidak diundangkan atau dilembagakan dalam masyarakat. Dengan demikian, hukum bisa meningkatkan dampak sosial dari moralitas.
Manusia, nilai, moral, dan hukum merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Masalah-maslah serius yang dihadapi bangsa Indonesia berkaitan dengan nilai, moral, dan hukum antara lain mengenai kejujuran, keadilan, menjilat, dan perbuatan negatif lainnya sehingga perlu dikedepankan pendidikan agama dan moral karena dengan adanya panutan, nilai, bimbingan, dan moral dalam diri manusia akan sangat menentukan kepribadian individu atau jati diri manusia, lingkungan sosial dan kehidupan setiap insan. Pendidikan nilai yang mengarah kepada pembentukan moral yang sesuai dengan norma kebenaran menjadi sesuatu yang esensial bagi pengembangan manusia yang utuh dalam konteks sosial.
Pendidikan moral tidak hanya terbatas pada lingkungan akademis, tetapi dapat dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja. Secara umum ada tiga lingkungan yang sangat kondusif untuk melaksanakan pendidikan moral yaitu lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat. Peran keluarga dalam pendidikan mendukung terjadinya proses identifikasi, internalisasi, panutan dan reproduksi langsung dari nilai-nilai moral yang hendak ditanamkan sebagai pola orientasi dari kehidupan keluarga. Hal-hal yang juga perlu diperhatikan dalam pendidikan moral di lingkungan keluarga adalah penanaman nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan dan tanggung jawab dalam segenap aspek.

1.2         Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan nilai, norma, dan moral ?
2.      Apa saja jenis nilai, norma, dan moral ?

1.3  Tujuan

1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan nilai, norma, dan moral
2.      Untuk mengetahui jenis nilai, norma, dan moral



BAB II PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Nilai

Menurut Djahiri (1999) nilai adalah harga makna, isi dan pesan, semangat, atau jiwa yang tersirat dan tersurat dalam fakta, konsep dan teori, sehingga bermakna secara fungsional. Disini, nilai difungsikan untuk mengarahkan, mengendalikan dan menentukan kelakuan seseorang, karena nilai dijadikan standar perilaku. Menurut Dictionary dalam Winatapura (1989), nilai adalah harga atau kualitas sesuatu. Artinya, sesuatu dianggap memiliki nilai apabila sesuatu tersebut secara intrinsik memang berharga. Disini, nilai difungsikan untuk mengarahkan, mengendalikan, dan menentukan kelakuan seseorang, karena nilai dijadikan standar perilaku. Menurut Frankel (1978) dalam Sapria dkk., nilai adalah konsep. Seperti umumnya konsep, makna nilai sebagai konsep tidak muncul dalam pengalaman yang dapat diamati melainkan ada dalam pikiran orang.
Nilai dapat diartikan kualitas dari sesuatu atau harga dari sesuatu yang diterapkan pada konteks pengalaman manusia. Pendidikan nilai adalah pendidikan yang mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai dalam diri siswa. Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang berfungsi sebagai pendidikan nilai karena mensosialisasikan dan menginternalisasikan nila-nilai pancasila atau budaya bangsa melalui pembelajaran yang di lakukan dalam lingkup sekolah Dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara, nilai pancasila merupakan standar hidup bangsa yang berideologi pancasila dan dianjurkan disekolah-sekolah. Secara historis, nilai pancasila digali dari puncak-puncak kebudayaan, nilai agama, dan adat istiadat bangsa Indonesia sendiri, bukan dibeli dari negara lain. Nilai ini sudah ada sejak bangsIndonesia lahir. Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika pancasila mendapat predikat sebagai jiwa bangsa. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pendidikan, nilai sangat penting untuk ditanamkan sejak dini karena nilai bermanfaat sebagai standar pegangan hidup.
Nilai dapat dibagi atas dua bagian, yakni:
1. Nilai estetika, terkait dengan maslah keindahan atau apa yang dipandang indah atau apa yang dapat dinikmati olaeh seseorang.
2. Nilai etika, dengan tindakan-tindakan/ perilaku/akhlak atau bagaimana orang berprilaku. Etika terkait dengan masalah moral tentang mana yang benar dan salah.
Pandangan para ahli tentang nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat :
Prof. Dr. Notonegoro membagi nilai menjadi tiga bagian, yaitu :
1.      Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia.
2.      Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat melaksanakan kegiatan atau aktivitas.
3.      Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Dari poin di atas dapat disimpulkan bahwa menurut Prof. Dr. Notonegoro sesuatu dapat dikatakan berguna apabila sesuatu itu memiliki kegunaan.  
Raths (dalam fraenkel, 1978) mengidentifikasi tiga aspek kriteria untuk melakukan penilaian,yakni perlu ada pilihan (chooses), penghargaan (prizes) dan tindakan (acts).
1.      tindakan memilih hendaknya dilakukan secara bebas dan memilih dari sejumlah alternatif dan melakukan memilih hendaknya dilandasi oleh hasil pemikiran yang mendalam
2.      Ada penghargaan atas apa yang telah dipilih dan dikenal oleh masyarakat.
3.      Melakukan tindakan sesuai dengan pilihannya dan di manfaatkan dalam kehidupan secara terus menerus.
Yang Perlu Dikembangkan Dalam Pendidikan Nilai:
1.      Wawasan moral (kesadaran moral, dan wawasan nilai moral – kemampuan mengambil pandangan orang lain, penalaran moral, mengambil keputusan, pemahaman diri sendiri
2.      Dimensi perasaan moral (kata hati atau nurani, harapan diri sendiri, merasakan diri orang lain, cinta kebaikan, kontrol diri, merasakan diri sendiri)
3.      Perilaku moral (kompetensi, kemauan, kebiasaan) (Lickona,1992) } Pendelikon nilai di Indonesia seyogyanya berpijak pada nilai-nilai keagamaan, nilai demokrasi yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, dan nilai sosial-kultural yang ber Bhinneka Tunggal Ika, karena demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang theistik / ber Ketuhanan Yang Maha Esa.
Fungsi nilai bagi  kehidupan manusia yaitu:
1.      Sebagai faktor pendorong: nilai berhubungan dengan cita-cita dan harapan.
2.      Sebagai petunjuk arah: nilai berkaitan dengan cara berfikir, berperasaan, bertindak serta menjadi panduan dalam menentukan pilihan.
3.      Nilai sebagai pengawas: nilai mendorong, menuntun, bahkan menekan atau memaksa individu berbuat dan bertindak sesuai dengan nilai yang bersangkutan.
4.      Nilai sebagai alat solidaritas: nilai dapat menjaga solidaritas dikalangan kelompok atau masyarakat.
5.      Dapat mengarahkan masyarakat dalam berfikir dan bertingkah laku
6.      Nilai sebagai benteng Pengaruh perlindungan: nilai berfungsi menjaga stabilitas budaya dalam suatu kelompok atau masyarakat.

2.2  Pengertian Norma

Norma adalah tolok ukur/alat untuk mengukur benar salahnya suatu sikap dan tindakan manusia. Normal juga bisa diartikan sebagai aturan yang berisi rambu-rambu yang menggambarkan ukuran tertentu, yang di dalamnya terkandung nilai benar/salah.
1.      Menurut isinya norma berwujud perintah dan larangan. Perintah merupakan kewajiban bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang baik. larangan merupakan kewajiban bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang tidak baik. Ada bermacam-macam norma yang berlaku di masyarakat.
2.      Norma terdiri dari beberapa macam/jenis, antara lain yaitu:
Norma Agama Adalah suatu norma yang berdasarkan ajaran aqidah suatu agama. Norma ini bersifat mutlak yang mengharuskan ketaatan para penganutnya. Apabila seseorang tidak memiliki iman dan keyakinan yang kuat, orang tersebut cenderung melanggar norma-norma agama. Contoh norma agama:
a.       “ Kamu dilarang membunuh”.
b.      “ Kamu dilarang Mencuri”.
c.       “Kamu harus patuh kepada Orang tua”.
d.      “ Kamu harus beribadah”.
e.       “ Kamu jangan menipu”.
Norma Kesusilaan Norma ini didasarkan pada hati nurani atau ahlak manusia. Melakukan pelecehan seksual adalah salah satu dari pelanggaran dari norma kesusilan. Contoh norma kesusilaan:
a. “ Kamu tidak boleh mencuri milik orang lain”.
b. “ Kamu harus berlaku jujur”.
c. “ Kamu harus berbuat baik terhadap sesama manusia”.
d. “ Kamu dilarang membunuh sesama manusia”.
Norma Kesopanan Adalah norma yang berpangkal dari aturan tingkah laku yang berlaku di masyrakat. Cara berpakaian dan bersikap adalah beberapa contoh dari norma kesopanan. Contoh norma kesopanan:
9.             “ Berilah tempat terlebih dahulu kepada wanita didalam kereta api,
bus, dan lain- lain, terutama wanita yang tua dan hamil”.
b. “ Jangan makan sambil berbicara”.
c. “ janganlah meludah dilantai atau disembarang tempat”.
d. “ orang muda harus menghormati orang yang lebih tua”.
Norma Kebiasaan (Habit) Norma ini merupakan hasil dari perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Orang-orang yang tidak melakukan norma ini dianggap aneh oleh anggota masyarakat yang lain. Kegiatan melakukan acara selamatan, kelahiran bayi dan mudik atau pulang kampung adalah contoh dari norma ini.
Norma Hukum Adalah himpunan petunjuk hidup atau perintah dan larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat (negara). Sangsi norma hukum bersifat mengikat dan memaksa. Melanggar rambu-rambu lalulintas adalah salah satu contoh dari norma hukum. Contoh norma hukum:
a.       “ Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa/ nyawa orang lain, dihukum karena membunuh dengan hukuman setinggi- tingginya 15 tahun”.
b.       “ orang yang ingkar janji suatu perikatan yang telah diadakan, diwajibkan mengganti kerugian”. Misalnya dalam hal jual beli”.
c.        “dilarang mengganggu ketertiban umum”.
Ciri-Ciri norma sebagai berikut:
• Umumnya tidak tertulis (kecuali norma hukum)
• Hasil kesepakatan bersama
• Ditaati bersama
• Bagi pelanggar di beri sanksi
• Mengalami perubahan
Fungsi norma sebagai berikut:
• Menciptakan keterlibatan dan keadilan dalam masyarakat
• Menjadi dasar untuk memberi sanksi kepada warga yang melanggar
  norma
• Mengatur tingkah laku masyarakat agar sesuai dengan nilai yang
  berlaku
• Membantu mencapai tujuan bersama masyarakat

2.3 Pengertian  Moral

            Istilah moral berasal dari bahasa latin, mores, yaitu adat kebiasaaan. Istilah ini erat dengan proses pembentukan kata, ialah mos, moris, manner, manners, morals. Dalam bahasa Indonesia kata moral hampir sama dengan akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau hati nurani yang dapat menjadi pembimbing tingkah laku lahir dan batin manusia dalam menjalankan hidup dan kehidupannya. Oleh karena itu moral erat kaitannya dengan ajaran- ajaran tentang sesuatu yang baik dan buruk yang menyakngkut tingkah laku dan perbuatan manusia. Dalam konteks etika, setiap orang akan memiliki perasaan apakah yang akan dilakukan ini benar atau salah, baik atau jelek, pertimbangan ini dinamakan pertimbangan nilai mora ( moral values).Pertimbangan nilai moral merupakan aspek yang sangat penting khususnya dalam pembentukan warga Negara yang baik, sebagai tujuan pendidikan kewarganegaraan. Tingkah laku sesuai dengan nilai- nilai moral yang dianut dan ditampilkan secara sukarela diharapkan dapat diperoleh melalui proses pendidikan. Hal ini dilakukan sebagai transisi dari pengaruh lingkungan masyarakat hingga menjadi otoritas di dalam dirinya dan dilakukan berdasarkan dorongan dari dalam dirinya. Tindakan yang baik yang dilandasi oleh dorongan dari dalam diri inilah yang diharapkan sebagai hasil pendidikan nilai dalam pendidikan kewarganegaraan. Menurut Suseno (1998),moral adalah ukuran baik buruk seseorang, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat, dan warga negara. Sedangkan pendidikan moral adalah pendidikan untuk menjadikan anak manusia bermoral baik dan manusiawi. Menurut Ouska dan Whellan (1997), moral adalah prinsip baik buruk yang ada dan melekat dalam diri individu/seseorang. Walaupun moral itu berada di dalam diri individu, tetapi moral berada dalam suatu sistem yang berwujud aturan. Moral dan moralitas ada sedikit perbedaan, karena moral adalah prinsip baik buruk, sedangkan moralitas merupakan kualitas pertimbangan baik buruk. Dengan demikian, hakekat dan makna moralitas bisa dilihat dari cara individu yang memiliki moral dalam mematuhi maupun menjalankan aturan. Moral bertujuan membantu peserta didik untuk mengenali nilai-nilai dan menempatkannya dalam kehidupan bermasyarakat. Pendidikan semacam ini semakin penting dan menempati posisi sentral karena tingkat kadar persatuan dan kesatuan terutama yang berkaitan dengan kesadaran akan nilai –nilai dalam masyrakat akhir-akhir ini cenderung semakin “pudar”.
Jenis-jenis moral, yaitu:
1.      Moral deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Hal ini memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku atau sikap yang mau diambil.
2.      Moral normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki manusia. Moral normatif memberikan penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
Fungsi moral bagi kehidupan manusia, yaitu:
1.      Mengingatkan manusia untuk melakukan kebaikan demi diri sendiri dan sesama sebagai bagian masyarakat.
2.      Menarik perhatian pada permasalahan moral yang kurang di tanggapi.
3.      Dapat menjadi penarik perhatian manusia pada gejala pembiasaan emosional.
Masalah Perilaku Moral Antara Lain:
1. Mencuri
2. Mencontek
3. Tidak hormat pada pejabat publik
4. Kekejaman terhadap teman seusia
5. Menyerang keyakinan orang lain yang berbeda
6. Bicara kasar/ tidak pantas
7. Pemerkosaan dan pelecehan seksual
8. Bertambahnya orientasi pada diri sendiri dan menurunnya tanggung
jawab sebagai warga negara.
9.Perilaku merusak diri sendiri.



BAB III PENUTUP

3.1         Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat kami simpulkan
·         Nilai adalah kualitas dari sesuatu atau harga dari sesuatu yang diterapkan pada konteks pengalaman manusia
·         Norma adalah adalah tolok ukur/alat untuk mengukur benar salahnya suatu sikap dan tindakan manusia
·         Moral adalah segala sesuatu yang  berkaitan erat dengan akhlak yang mengandung makna tata tertib yang datang  dari hati nurani manusia.



DAFTAR PUSTAKA


Mawara ,Ricky., 2012.,  Pengertian Nilai, norma, Dan Moral. http://rmawara.blogspot.co.id/2012/09/pengertian-nilai-norma-dan-moral.html. Diakses pada tanggal 28 September 2017


Samudra, Sukmawati., 2014., Makalah Nilai, Norma, dan Moral Tugas DKPM I. http://sukmaawatti.blogspot.co.id/2014/10/makalah-nilai-norma-dan-moral-tugas.html. Diakses pada tanggal 28 September 2017
Share:

Paper Dasar Manajemen Komunikasi





PAPER DASAR MANAJEMEN
KOMUNIKASI

 


Disusun Oleh :
Dian Akbarani Sahira              170321100011
Nadhiatur Rokhmah               170321100053
 Zainatul Laili                           170321100059
Muharromi Rahayu                 170321100077
M Sohibul Islam                     170321100080

                                     


BIDANG STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA




BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Saluran (channel) komunikasi merupakan salah satu prasyarat penting yang harus terpenuhi dalam keberlangsungan suatu proses komunikasi antar manusia (human communication) yang menurut Littlejohn terjadi dalam lima level itu. Dalam bentuk paling awal, yakni pada purely oral period, maka selain melalui gelombang udara, saluran itu antara lain berupa tubuh manusia dengan cara menerakan tato, dinding dinding gua atau batu-batuan.Penggunaan saluran komunikasi dengan memanfaatkan medium yang lebih bervariasi mulai dimungkinkan ketika ditemuinya kertas di Cina (2000 SM), papyrus di Mesir (1000 SM), acta diurna di Romawi ( 300 M), dan terlebih lagi ketika terjadi revolusi industri yang antara lain ditandai dengan penemuan mesin cetak oleh Gutenberg, morse oleh Guilemo Marconi (1895), radio siaran oleh David Sarnoff (1916), televisi oleh Paul Nivkov (1884), televisi siaran (1930), televisi warna (1970) dan terakhir keberhasilan dalam menemukan system teknologi komunikasi dan teknologi informasi. Terkait dengan penemuan terakhir tadi, dalam kaitan saluran komunikasi, maka pengaruhnya sangat besar terhadap pengembangan ragam medium komunikasi (misalnya, terwujudnya telepon seluler: GSM maupun CDMA, video call), percepatan penyampaian informasi (misal, media cetak mempercepatnya melalui cetak jarak jauh; media penyiaran/radio, melalui radio net work) maupun peningkatan jumlah jenis medium komunikasi. Ini dimungkinkan sehubungan melalui teknologi komunikasi berupa satelit komunikasi telah dikreasikan ke dalam bentuk teknologi telekomunikasi. Medium terbaru sebagai wujud hasil kreasi teknologi telekomunikasi adalah internet. Internet yaitu sistem jaringan dari ribuan bahkan jutaan komputer yang ada di dunia ini yang dibentuk dengan saluran telepon, kawat maupun saluran radio. Teknologi telekomunikasi yang membentuk medium internet ini disebut telematika, yakni sinergi atau konvergensi antara teknologi informasi dan teknologi telekomunikasi.

1.2  Rumusan Masalah

1.    Apa pengertian dari komunikasi?
2.    Apa tujuan dari komunikasi?
3.    Bagaimana proses komunikasi?
4.    Faktor-faktor apa saja yang dapat memengaruhi komunikasi?
5.    Rintangan apa saja yang dapat dijumpai padan komunikasi?
6.    Bagaimana Pola Penggunaan Media Komunikasi Masyarakat di Lingkungan RT 05 RW 011 Kelurahan Mekar Wangi, Kecamatan Tanah Sareal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat?

1.3  Tujuan

.Tujuan penulisan paper ini bermaksud untuk mempelajari pola masyarakat dalam penggunaan media.Tujuannya, yakni untuk mendapatkan gambaran tentang bagaimana pola masyarakat dalam penggunaan media. Temuan-temuan menyangkut pola penggunaan media tersebut, secara akademis diharapkan dapat melengkapi informasi ilmiah sejenis yang telah ada sebelumnya. Sementara secara praktis, temuan-temuannya diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengambilan kebijakan dalam bidang media, khusususnya terkait dengan pemanfaatan media baru di lingkungan masyarakat.


BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi

            Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin ‘Communicare’ atau ‘Communis’ yang berarti sama atau menjadikan milik bersama. Jika kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya. Berikut merupakan beberapa definisi komunikasi menurut para ahli:
·      Menurut Roben.J.G
Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi tentang pikiran atau perasaan.
·      Menurut Davis, 1981
Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain.
·      Menurut Schram,W
Komunikasi adalah berusaha untuk mengadakan persamaan dengan orang lain.
·      Menurut Keith Davis (1985:458)
Komunikasi adalah perpindahan informasi dan pemahaman dari seseorang kepada orang lain.
·      Menurut Andrew E. Sikula (1981:94)
Komunikasi adalah proses pemindahan informasi, pengertian, dan pemahaman dari seseorang, suatu tempat, atau sesuatu kepada sesuatu, tempat, atau orang lain.
Berdasarkan pengertian komunikasi para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan komunikasi adalah proses pemindahan suatu informasi, ide, pengertian dari seseorang kepada orang lain dengan harapan orang lain tersebut dapat menginterpretasikannya sesuatu dengan tujuan yang dimaksud. 
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.

2.2 Tujuan Komunikasi

Orang berkomunikasi untuk memeroleh hasil yang diharapkan, namun mereka tidak selalu tahu dengan tepat hasil-hasil apa yang mereka cari, untuk itulah member batasan terhadap tujuan kita berkomunikasi merupakan faktor yang menentukan keberhasilan kita berkomunikasi dalam suatu organisasi.
Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk mendefinisikan tujuan komunikasi, pertama tentukan apa yang kita inginkan untuk terjadi. Artinya pastikan tujuan kita berkomunikasi sudah spesifik, karena bila tujuan kita tidak jelas, maka kita tidak akan selalu siap untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Cara kedua adalah dengan memertimbangkan apakah tujuan kita realistis, dalam artian apakah tujuan yang kita harapkan memiliki peluang untuk berhasil atau tidak.

1.4  Proses Komunikasi

Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi termasuk juga suatu proses penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain dimana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi dan masyarakat menciptakan dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain.untuk lebih jelasnya mengenai proses komunikasi dapat perhatikan pada bagan dibawah ini.
Untitled-1 copy.jpg
Berikut merupakan beberapa model proses komunikasi menurut para ahli :
·         Keith Davis berpendapat bahwa proses komunikasi merupakan suatu metode dimana pengirim pesan (sender) dapat mengirimkan pesannya kepada penerima pesan (receiver). Hal ini memerlukan enam tahap, yaitu :
1.    Tahap 1, tahap develop idea merupakan tahap pengembangan ide. Pengirim pesan (sender) ingin mengirimkan pesannya kepada penerima pesan (receiver). Tahap ini merupakan tahap yang berpengaruh pada tahap-tahap berikutnya.
2.     Tahap 2, tahap encode merupakan tahap pemrosesan kata-kata, simbol-simbol yang diorganisir ke dalam bentuk atau model yang sesuai dengan apa yang dimaksud oleh sender.
3.    Tahap 3, tahap transmit merupakan tahap pengiriman pesan yang menggunakan metodedan saluran komunikasi yang dapat diterima oleh penerima pesan (receiver). Dalam tahap ini sender perlu memelihara saluran komunikasi agar bebas dari hambatan dengan cara memberikan perhatian kepada receiver.
4.    Tahap 4, tahap receive merupakan tahap penerimaan pesan oleh receiver. Penerima pesan harus memiliki pendengaran yang berfungsi dengan baik terutama dalam komunikasi lisan. Jika pendengaran receiver terganggu maka pesan yang diterima dapat pula terjadi penyimpangan atau tidak tersampaikan.
5.    Tahap 5, tahap decode merupakan tahap pesan yang diterima dapat dimengerti secara jelas oleh receiver.
6.    Tahap 6, tahap use merupakan tahap akhir proses komunikasi, dimana receiver mampu menggunakan pesan yang diterimanya.
Komunikasi tersebut efektif, jika receiver dapat menerima pesan dengan baik, mengerti, menyetujui, menggunakan, dan adanya umpan balik (feedback) terhadap pesan yang diterima dari sender.
·         Andrew E. Sikula berpendapat bahwa model proses komunikasi adalah sangat baik dijelaskan dalam bentuk suatu model yang menggambarkan serangkaian tahapannya. Hal ini memerlukan 8 tahap, yaitu :
1.    Source merupakan tahap pertama di man aide atau informasi diubah menjadi pesan dalam bentuk simbol
2.    Encoding merupakan tahap pengiriman pesan dalam bentuk tulisan, oral/lisan, pikiran, fisik, atau bentuk lainnya.
3.    Transmission merupakan tahap pengiriman pesan dengan cara tertulis, isyarat, tape, berbicara, melalui saluran komunikasi
4.    Medium merupakan media saluran dari pesan yang dikirimkan. Atau saluran pesan berjalan melalui medium.
5.    Reception merupakan tahap di mana pesan diinterpretasikan, baik secara langsung maupun tak langsung melalui proses pikiran.
6.    Decoding merupakan tahap di mana pesan dapat diterima dan dimengerti
7.     Action merupakan tindakan nyata terhadap pesan yang diterima
8.    Feedback loops merupakan pengintegrasian seluruh tahap prosesdari sisem komunikasi.
·         George S. Odiorne berpendapat bahwa komunikasi termasuk semua perilaku yang dihasilkan dari saling bertukar pengertian. Hal tersebut termasuk segala sesuatu yang dilakukan dalam menyampaikan maksud atau ide-ide kepada orang lain. Hal ini memerlukan 8 tahap, yaitu:
1.    Sender merupakan orang yang memrakarsai pesan. Sender mengharapkan receiver (penerima pesan) dapat mengerti (understanding) ide-ide dan mengubah perilakunya.
2.    Message (pesan)merupakan suatu ide yang nyata dalam pikiran pemberi pesan (sender). Jika ide itu tidak jelas, hal ini harus dijelaskan sebelum sender mulai menyampaikan idenya kepada orang lain.
3.    Dalam mengomunikasikan ide-ide yang nyata dalam pikiran kita harus menggunakan kode. Kode itu bisa merupakan kata-kata tertulis, kata-kata verbal, atau merupakan angka, nomor. Kode-kode tersebut harus dipilih sesuai dengan orang yang akan menerimanya.
4.    Encode merupakan pemrosesan kata-kata ke dalam suatu bentuk yang terorganisir.
5.    Transmit merupakan pengiriman pesan melalui media komunikasi yang digunakan.
6.    Decode merupakanpesan yang diberikan oleh sender yang dapat dimengerti oleh receiver
7.    Receiver merupakan orang yang menerima pesan yang disampaikan oleh sender.
8.    Feedback merupakan umpan balik berupa ide kepada sender dan pengertian bagi receiver.

1.5  Faktor-Faktor yang Memengaruhi Komunikasi

Ada dua tinjauan factor yang memengaruhi komunikasi, yaitu faktor dari pihak sender atau disebut pula komunikator, dan faktor dari pihak receiveratau komunikan.
a)    Faktor dari pihak sender atau komunikator, yaitu :
1.    Keterampilan sender
Sender sebagai pengirim informasi, ide, berita, pesan perlu mengetahui dan menguasai cara-cara penyampaian pikiran baik secara tertulis maupun lisan
2.    Sikap sender
Sikap sender sangat berpengaruh terhadap receiver. Sender yang bersikap angkuh terhadap receiver dapat mengakibatkan informasi atau pesan yang diberikan menjadi ditolak oleh receiver. Begitu pula sikap sender yang ragu-ragu dapat mengakibatkan receiver menjadi tidak percaya terhadap informasi atau pesan yang disampaikan. Maka dari itu, sender harus mampu bersikap meyakinkan receiver terhadap pesan yang diberikan kepadanya.
3.    Pengetahuan sender
Sender yang mempunyai pengetahuan yang luas dan menguasai materi yang disampaikan akan dapat menginformasikannya kepada receiver sejelas mungkin. Dengan demikian, receiver akan lebih mudah mengerti pesan yang disampaikan oleh sender.
4.    Media Saluran yang Digunakan oleh sender
Media atau saluran komunikasi sangat membantu dalam penyampaian ide, informasi, atau pesan kepada receiver. Sender perlu menggunakan media saluran komunikasi yang sesuai dan menarik perhatian receiver.
b)    Faktor dari pihak receiver atau komunikan, yaitu :
1.    Keterampilan receiver
Keterampilan receiver dalam mendengar dan membaca pesan sangat penting. Pesan yang diberikan oleh sender akan dimengerti oleh receiver dengan baik, jika receiver mempunyai keterampilan mendengar dan membaca.
2.    Sikap receiver
Sikap receiver terhadap sender akan sangat memengaruhi efektif tidaknya komunikasi. Missal, receiver bersikap seakan meremehkan sender. Hal tersebut akan memengaruhi keefektifan komunikasi sehingga pesan yang dikirimkan oleh sender menjadi tidak berarti bagi receiver. Maka dari itu receiver haruslah bersikap positif terhadap sender meskipun pendidikan sender lebih rendah darinya.
3.    Pengetahuan receiver
Pengetahuan receiver sangat berpengaruh pula dalam komunikasi. Receiver yang mempunyai pengetahuan yang luas akan lebih mudah dalam  menginterpretasikan ide atau pesan yang diterima dari sender. Begitupun sebaliknya. 
4.    Media sarana komunikasi
Media saluran komunikasi sangat berpengaruh dalam penerimaan idea tau pesan. Media saluran komunikasi berupa alat indera yang ada pada receiver sangat menentukan apakah pesan dapat diterima atau tidak untuknya. Jika alat indera receiver terganggu maka pesan yang diberikan oleh sender dapat menjadi kurang jelas atau bahkan tidak dapat diterima oleh receiver.

1.6  Rintangan dalam Komunikasi

Ada tiga rintangan dalam komunikasi, yaitu rintangan pribadi, rintangan fisik, dan rintangan bahasa. Hal ini sesuai dengan penapat yang dikemukakakn oleh Keith Davis (1985:465) bahwa “Three types of barriers are personal, phycal, and sematic”.
a.    Rintangan Pribadi
Rintangan pribadi yang dimaksud adanya hambatan pribadi yang disebabkan karena emosi, alat indera yang terganggu, kebiasaan-kebiasaan yang berlaku pada norma atau nilai budaya tertentu.
b.    Rintangan Fisik
Rintangan fisik yang dimakssud adalah terlalu jauh tempat berkomunikasi antara sender dengan receiver. Dalam hal ini diperlukan media komunikasi sepertitelepon, alat pengeras suara, SSB (Single Side Band), dan alat komunikasi lainnya.
c.    Rintangan Bahasa
Rintangan bahasa yang dimaksud adalah kesalahan dalam menginterpretasikan istilah kata. Missal kata atos, sender orang Sunda dalam dalam pesannya bermaksud mengatakan atos itu berarti sudah, sedangkan receiver orang Jawa menerima pesan tersebut dengan pengertian atos itu keras.

2.6 Pola Penggunaan Media Komunikasi Masyarakat di Lingkungan RT 05 RW 011 Kelurahan Mekar Wangi, Kecamatan Tanah Sareal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat

Permasalahan mengenai bagaimana pola penggunaan media komunikasi masyarakat di lingkungan RT 05 RW 011 Kelurahan Mekar Wangi Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor Provinsi Jawa Barat, dengan maksud mempelajari pola tersebut dan bertujuan mendapatkan gambaran tentang pola komunikasi masyarakat dalam menggunakan media, berlandaskan teori media massa uses and gratification dari Katz, Gurevitch dan Hass. Sesuai hasil penelitian menyangkut pola dimaksud, maka dapat dikemukakan hal-hal berikut:
a.    Terkait dengan jenis-jenis media yang digunakan, temuan menunjukkan bahwa terhadap segala jenis media yang ada saat ini tampak cenderung masih digunakan oleh responden sebagai sarana untuk berkomunikasi. Meskipun demikian, dalam penggunaan itu media massa elevise seperti RCTI, Trans TV, dan TV One, tampak lebih dominan digunakan responden dibandingkan dengan media massa lainnya, terutama seperti radio internasional. Sementara pada kategori media nir massa, maka dominasi penggunaan itu muncul pada medium handphone dengan beberapa penggunaan SIM Card yang menonjol seperti Simpati, IM3, dan XL.
b.    Terkait dengan Terpaan Media dan Situasinya, maka dalam hubungannya dengan fenomena terpaan, pada kategori media massa tampak media elevise paling tinggi frekuensi penggunaannya dibandingkan dengan jenis media massa lainnya seperti suratkabar dan radio. Sementara pada media dengan kategori non massa, maka medium seluler menjadi medium paling tinggi frekuensi penggunaannya dilingkungan responden dibandingkan dengan jenis medium lainnya terutama seperti telegram. Dalam hubungan durasi Penggunaan Media Komunikasi, maka temuan memperlihatkan bahwa responden kebanyakan cenderung menggunakan media media yang ada itu berkisar > 1/2 jam sampai dengan 1 jam. Sedang menyangkut fenomena situasi penggunaan media, dalam kaitannya dengan cara mendapatkan media komunikasi massa (khususnya menyangkut media cetak), maka penggunaan media responden itu kebanyakan dilakukan dengan cara kurang teratur. Sementara menyangkut tempat biasa mereka dalam menggunakan media, temuan menunjukkan bahwa media-media itu umumnya digunakan antara di rumah dan dikantor. Media komunikasi yang paling banyak digunakan di rumah, secara berurutan yaitu media massa elevise, handphone, media komunikasi non media massa buku, media komunikasi massa radio, dan media komunikasi massa tabloid. Sementara internet dan suratkabar merupakan media komunikasi yang paling banyak digunakan responden di kantor tempat mereka bekerja. Selanjutnya, dalam kaitan cara menggunakan media, maka terhadap media massa suratkabar, responden kebanyakan jarang yang melakukannya dengan cara yang serius. Untuk media massa majalah, responden kebanyakan tidak pernah melakukannya dengan cara yang serius dan dengan cara sambilan. Hal serupa juga terjadi pada media massa tabloid dan radio, di mana mereka kebanyakan tidak pernah melakukannya dengan cara yang serius dan dengan cara sambilan. Sementara pada media massa elevise, Cara Sambilan merupakan cara yang cukup sering digunakan oleh bagian terbesar responden. Sedang terhadap medium internet, maka cara-cara seperti explore, a email dan chatting, merupakan cara-cara yang tidak pernah dilakukan oleh sebagian besar responden. Sementara pada medium handphone, maka Cara Bicara (Talk) dan Cara SMS, merupakan cara yang cukup sering dilakukan responden dalam menggunakan handphone. Sementara cara-cara seperti mengakses lnternet dan pemanfaatan blue tooth merupakan cara yang tidak pernah dilakukan oleh bagian terbesar responden.
c.    Dalam kaitan Jenis Isi Media Yang Digunakan, maka untuk media suratkabar, isi yang cukup sering digunakan responden yaitu berkaitan dengan masalah sosial budaya, agama, Kesenian dan Sastra dan hiburan. Sementara isi suratkabar yang mengandung politik, iptek, dan hobi/olahraga, bagian terbesar responden cenderung jarang menggunaoannya. Menyangkut media majalah, maka sebagian besar jenis isi media itu cenderung tidak pernah digunakan oleh sebagian besar responden. Demikian pula halnya dengan ragam jenis isi media tabloid. Hal serupa juga terjadi pada media radio, responden sebagian besar tidak pernah menggunakan ragam jenis isi media tersebut. Pada media elevise, maka responden sebagian besar cukup sering menggunakannya untuk mengkonsumsi isi berita, informasi non berita dan sinetron / telenovela / film / drama / lagu-lagu. Sementara pada medium internet, temuan memperlihatkan responden sebagian besar tidak pernah menggunakannya untuk kepentingan mengakses ragam isi internet. Sedang terhadap medium handphone, maka responden umumnya cukup sering menggunakannya untuk kepentingan berkomunikasi secara efektif dengan keluarga. Sementara penggunaan handphone untuk kepentingan komunikasi pergaulan, hiburan dan bisnis, jarang dilakukan oleh banyak responden.


BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komunikasi adalah proses pemindahan suatu informasi, ide, pengertian dari seseorang kepada orang lain dengan harapan orang lain tersebut dapat menginterpretasikannya sesuatu dengan tujuan yang dimaksud. Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk mendefinisikan tujuan komunikasi, pertama tentukan apa yang kita inginkan untuk terjadi. Artinya pastikan tujuan kita berkomunikasi sudah spesifik, karena bila tujuan kita tidak jelas, maka kita tidak akan selalu siap untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Cara kedua adalah dengan memertimbangkan apakah tujuan kita realistis, dalam artian apakah tujuan yang kita harapkan memiliki peluang untuk berhasil atau tidak.
Terkait dengan jenis-jenis media yang digunakan, temuan menunjukkan bahwa terhadap segala jenis media yang ada saat ini tampak cenderung masih digunakan oleh responden sebagai sarana untuk berkomunikasi. Sementara pada media dengan kategori non massa, maka medium seluler menjadi medium paling tinggi frekuensi penggunaannya dilingkungan responden dibandingkan dengan jenis medium lainnya terutama seperti telegram. Media komunikasi yang paling banyak digunakan di rumah, secara berurutan yaitu media massa televisi, handphone, media komunikasi non media massa buku, media komunikasi massa radio, dan media komunikasi massa tabloid. Sementara internet dan suratkabar merupakan media komunikasi yang paling banyak digunakan responden di kantor tempat mereka bekerja.


DAFTAR PUSTAKA

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PERUSAHAAN. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Kusumastuti, Yatri Indah.2009. KOMUNIKASI BISNIS. Bogor: IPB Press
Artoyo, A.R. 1986. PENGADAAN DAN PEMBINAAN TENAGA KERJA PERUSAHAAN. Jakarta: Balai Pustaka
Tawaang, Felix. 2012. POLA PENGGUNAAN MEDIA KOMUNIKASI MASYARAKAT: INSAN, ISSN : 0216-0552, NO. 13.



 

Share: