TUAN DAN PUAN

TUAN DAN PUAN

Ini adalah sebuah kisah yang mungkin dapat mewakili 2/3 rasa. Meski tidak seluruhnya. Jika kisah ini sampai di pelupuk kedua bola matamu, aku ingin kau membacanya dengan penuh maaf dariku. Dariku yang pernah kau kuatkan hatinya. Dariku yang pernah kau lengkapi kurangnya.

Tuan.
Aku menulisnya tatkala senja telah tiba diatas cakrawala. Aku menulisnya dengan harapan Tuan akan mengerti. Setidaknya 1/3 dari rasa dapat tersampaikan. Tuan... aku masih percaya pada kata yang kau ucap kala itu. Meski akhirnya hatiku terbelenggu pilu. Hatiku masih kuat. Meski kadang kepingannya jatuh perlahan. Aku terluka bukan karena Tuan. Aku terluka karena serpihan hatiku sendiri. Jangan khawatir. Obat dari luka ini adalah kebahagiaan Tuan. Aku tau, seringkali harapan bisa berujung pada kekecewaan. Tapi bagiku, harapan adalah sebuah keajaiban. Melihat Tuan baik-baik saja, rasanya sudah cukup bagiku. Aku rasa aku mampu bertahan sedikit lebih lama lagi. Meski hati rasanya sudah tercerai-berai.

Tuan, ini suara hati Puan
Desir pasir di tepi pantai dengan semilir angin lembut seakan mengerti rasa rinduku. Masih dengan pancarona sang senja. Aku titipkan salam pada Tuan. Berharap hari esok adalah hari yang indah (untuk Tuan). Aku masih disini, dengan segudang cinta dan segenggam luka. Barangkali esok, atau lusa, Tuan merindukanku, Tuan tau dimana aku berada. Dekat. Sangat dekat dengan hati Tuan. Aku ingin menyapa Tuan. Mengundang sejuta tawa yang menemani setiap seduh kopi kita. Tuan, tidak semua rasa dapat terasa. Kadang, rasa perlu berkata. Meski terbata, tapi mampu menepis setiap 'kenapa' yang terlontar tak sengaja. Tuan.. aku pernah kehilangan. Menyakitkan. Aku tak ingin Tuan ataupun Puan tersakiti. Atau bahkan saling menyakiti. Jangan.

Tuan..

Puan tidak pernah berharap ataupun meminta Tuan untuk membalas semua pengorbanan yang telah Puan berikan. Hanya saja, Puan ingin Tuan mengerti bahwa keajaiban itu benar nyata adanya. Meski dengan bentuk yang berbeda-beda. Bisa suka, pun luka. Keajaiban adalah kejutan. Begitu juga kehilangan dan penyesalan

Maaf. Puan tidak pernah bermaksud 'memaksa' Tuan untuk membacanya. Ini hanyalah ketidakmampuanku mengungkapkan. Maaf jika merepotkan.

Sekian
Share:

0 Comments:

Posting Komentar