Kepribadian dalam Keputusan Pembelian Konsumen
1. Pengertian Kepribadian
Kepribadian
adalah karakteristik dinamik dan terorganisasi dari seorang individu yang
mempengaruhi kognisi, motivasi, dan perilakunya. Kepribadian bersifat unik dan
konsisten sehinggadapat digunakan untuk membedakan antara individu satu dengan
lainnya (Feist & Feist, 2005).
Dapat
disimpulkan bahwa kepribadian berkaitan dengan adanya perbedaan karakteristik
yang paling dalam pada diri (inner psychological characteristics) manusia,
perbedaan karakteristik tersebut menggambarkan ciri unik dari masing-masing
individu. Perbedaan karakteristik akan mempengaruhi respon individu terhadap
lingkungannya (stimulus) secara konsisten. Perbedaan karakteristik akan
mempengaruhi perilaku individu tersebut. Individu dengan karakteristik yang
sama cenderung akan bereaksi yang relative sama terhadap situasi lingkungan
yang sama. Contohnya seseorang yang senantiasa cepat menangis ketika mendengar
berita sedih pada saat kapan dan dimanapun.
Kepribadian
menunjukkan karakteristik yang terdalam pada diri manusia, merupakan gabungan
dari banyak faktor yang unik. Tidak ada manusia yang sama persis. Mungkin ada
dua manusia yang sama dalam satu karakteristiknya tetapi berbeda untuk
karakteristik yang lainnya.
Adapun karakteristiknya ialah:
- menggambarkan perbedaan individu
- menunjukkan konsistensi dan berlangsung lama
- dapat berubah
2. Teori Kepribadian
2.1 Teori Freud
Teori
ini menyatakan bahwa kebutuhan yang tidak disadari (unconscious needs) atau
dorongan dari dalam diri manusia, seperti dorongan seks dan kebutuhan biologis
adalah inti dari motivasidan kepribadian. Menurut Freud, kepribadian manusia
terdiri atas 3 unsur yang saling berinteraksi yaitu : Id, Superego, dan Ego.
Id, adalah aspek biologis dalam
diri manusia yang ada sejak lahir, yang mendorong munculnya kebutuhan
fisiologis seperti rasa lapar, haus, nafsu seks. Id menggambarkan naluri
manusia yang secara biologis membutuhkan makanan, minuman dan seks. Unsur Id
akan melakukan prinsip kepuasan tanpa memperhatikan konsukuensi dari
perilakunya.
Superego, adalah
aspek psikologis pada diri manusia yang menggambarkan sifat manusia untuk
tunduk dan patuh kepada norma-norma sosial, etika dan nilai-nilai masyarakat.
Superego adalah kecenderungan sifat manusia yang selalu ingin berbuat baik
sesuai dengan norma dan etika yang ada di masyarakat, sehingga dapat menekan
nafsu biologis (Id) pada diri manusia.
Ego merupakan unsure yang bisa
disadari dan dikontrol oleh manusia, dan menjadi penengah antara Id dan
Superego. Dimana ego berusaha menyeimbangkan apa yang ingin dipenuhi oleh Id
dan apa yang dituntut oleh Seperego. Contohnya : (Id) dari lahir manusia
membutuhkan makanan enak, produsen bila menuruti Superego-nya yaitu akan
memproduksi makanan yang tidak memperhatikan kesehatan (fat, non halal) namun
ada sisi baik dari produsen sehingga lebih memperhatikan konsumen agar
terhindar dari penyakit dll (Ego).
2.2 Teori Neo-Freud
Teori ini berbeda dengan teori
Freud yang menekankan dominannya peran insting dan seks atau faktor biologis
dalam pembentukan kepribadian manusia. Teori Neo-Freud disebut sebagai teori
sosial psikologi yang menekankan bahwa manusia berusaha untuk memenuhi apa yang
dibutuhkan oleh masyarakat dan masyarakat membantu individu dalam memenuhi
kebutuhan dan tujuannya. Teori Neo-Freud menyatakan bahwa hubungansosial adalah
faktor dominan dalam pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia. Para
tokoh teori sosial psikologi adalah Alfred Adler, Karen Horney, Harry Stack
Sullivan dan Fromm.
Sullivan mengemukakan bahwa
manusia secara terus menerus membina hubungan dengan manusia lainnya untuk
memperoleh manfaat dari hubungan itu dan berusaha mengurangi tekanan pada
dirinya (tension)seperti rasa khawatir (anxiety). Horney juga
membahas rasa khawatir tersebut, ia mengemukakan model kepribadian manusia,
yang terdiri atas tiga kategori yaitu :
- Compliant adalah kepribadian yang dicirikan adanya ketergantungan seseorang kepada
orang lain. Ia ingin disayangi, dihargai dan dibutuhkan.
- Aggressive adalah kepribadian
yang dicirikan adanya motivasi untuk memperoleh kekuasaan. Ia selalu berlawanan
dengan orang lain dan ingin dipuja.
- Detached adalah
kepribadian yang dicirikan selalu ingin bebas, mandiri, mengandalkan diri
sendiri, dan ingin bebas dari kewajiban. Contoh iklan permen coklat
2.3 Teori Ciri (Trait Theory)
Toeri Freud dan Neo-Freud
menggunakan pendekatan kualitatif teknik pengamatan (personal observation),
pelaporan pengalaman diri (self-reported) dan teknik proyeksi (projective
technique). Teori Ciri menggunakan pendekatan kuantitatif dalam mengukur
kepribadian konsumen. Trait adalah sifat atau karakteristik yang membedakan
antara satu individu dengan individu yang lain yang bersifat permanent dan
konsisten. Dengan pendekatan kualitatif, konsumen dikelompokkan ke dalam ciri
atau sifat-sifat yang bersamaan. Para
pemasar menggunakan konsep kepribadian untuk mengkomunikasikan produknya
sehingga memiliki positioning sesuai dengan kepribadian konsumen yang
dituju.
Contoh : instrument untuk mengukur
kepribadian Ciri, yaitu: 1. Tidak setuju, 2. netral, 3. Setuju
3. Pengukuran Kepribadian
Sifat kepribadian biasa diukur melalui angka
rata-rata pelaporan dari (self-report) kuesioner kepribadian (untuk sifat
khusus) atau penelusuran kepribadian seutuhnya (personality inventory,
serangkaian instrumen yang menyingkap sejumlah sifat).
Ada beberapa macam cara untuk mengukur atau menyelidiki kepribadian. Berikut
ini adalah beberapa diantaranya :
3.1 Observasi Direct
Observasi direk berbeda dengan
observasi biasa. Observasi direk mempunyai sasaran yang khusus , sedangkan
observasi biasa mengamati seluruh tingkah laku subjek. Observasi direk memilih
situasi tertentu, yaitu saat dapat diperkirakan munculnya indikator dari
ciri-ciri yang hendak diteliti, sedangkan observasi biasa mungkin tidak
merencanakan untuk memilih waktu. Observasi direct diadakan dalam situasi
terkontrol, dapat diulang atau dapat dibuat replikasinya. Misalnya, pada saat
berpidato, sibuk bekerja, dan sebagainya. Ada tiga tipe metode dalam observasi
direct yaitu:
a. Time Sampling Method, yaitu tiap-tiap subjek diselidiki pada
periode waktu tertentu. Hal yang diobservasi mungkin sekadar muncul tidaknya
respons, atau aspek tertentu.
b.Incident Sampling Method, Dalam incident sampling method, sampling dipilih
dari berbagai tingkah laku dalam berbagai situasi. Laporan observasinya mungkin
berupa catatan-catatan dari Ibu tentang anaknya, khusus pada waktu menangis,
pada waktu mogok makan, dan sebgainya. Dalam pencatatan tersebut hal-hal yang
menjadi perhatian adalah tentang intensitasnya, lamanya, juga tentang efek-efek
berikut setelah respons
c. Metode Buku Harian Terkontrol, Metode ini dilakukan dengan cara mencatat dalam
buku harian tentang tingkah laku yang khusus hendak diselidiki oleh yang
bersangkutan sendiri. Misalnya mengadakan observasi sendiri pada waktu sedang
marah. Syarat penggunaan metode ini, antara lain, bahwa peneliti adalah orang
dewasa yang cukup inteligen dan lebih jauh lagi adalah benar-benar ada pengabdian
pada perkembangan ilmu pengetahuan
3.2 Wawancara (Interview)
Menilai kepribadian
dengan wawancara (interview) berarti mengadakan tatap muka dan berbicara dari
hati ke hati dengan orang yang dinilai. Dalam psikologi kepribadian, orang
mulai mengembangkan dua jenis wawancara, yakni:
a. Stress interview, digunakan untuk
mengetahui sejauh mana seseorang dapat bertahan terhadap hal-hal yang dapat
mengganggu emosinya dan juga untuk mengetahui seberapa lama seseorang dapat kembali
menyeimbangkan emosinya setelah tekanan-tekanan ditiadakan. Interviewer
ditugaskan untuk mengerjakan sesuatu yang mudah, kemudian dilanjutkan dengan
sesuatu yang lebih sukar.
b. Exhaustive Interview, merupakan cara interview yang berlangsung sangat lama; diselenggarakn non-stop.
Cara ini biasa digunakan untuk meneliti para tersangka dibidang kriminal dan
sebagai pemeriksaan taraf ketiga.
c. Tes proyektif, pada
dasarnya memberi peluang kepada testee (orang yang dites) untuk memberikan
makna atau arti atas hal yang disajikan; tidak ada pemaknaan yang dianggap
benar atau salah.
4. Pembelajaran Konsumen
Pembelajaran
konsumen adalah suatu proses belajar yang dialami konsumen baik itu dari pengalaman
penggunaan suatu produk/jasa maupun hasil pemahaman si konsumen dari suatu
media ( cetak ; elektronik seperti TV, Radio, Internet, dsb ) sehingga terjadi
perubahan persepsi yang berujung pada tindakan konsumen. Pada bagian ini akan
dikaji pula jenis-jenis proses belajar yang terdiri dari proses belajar
kognitif dan proses belajar perilaku.
Proses
belajar adalah salah satu tahapan penting yang dilalui konsumen secara sadar
maupun tidak sadar, dengan adanya pembelajaran konsumen tersebut maka pemasar
perlu memahami bagaimana, kapan, dimana, dalam kondisi apa, konsumen itu
mengalami proses belajar. Pengalaman dalam mengkonsumsi atau menggunakan suatu
produk pun menjadi salah satu proses pembelajaran konsumen, apakah nantinya
mengkonsumsi lagi, atau mengurangi pengkonsumsian atau bahkan tidak akan
memakai produk itu lagi, semua akan terekam dalam ingatan konsumen.
4.1 Teori Pembelajaran
Teori pembelajaran ini menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi
orang lain agar terjadi proses belajar. Dengan kata lain teori pembelajaran
berurusan dengan upaya mengontrol variable yang dispesifikasikan dalam teori
belajar agar dapat memudahkan belajar. (C.Asri Budiningsih,2004)
Dengan kata lain
teori pembelajaran mengungkapkan hubungan antara kegiatan pembelajaran dengan
proses psikologis dalam diri siswa, sedangkan teori belajar mengungkapkan
hubungan antara kegiatan siswa dengan proses psikologis dalam diri siswa.
4.2 Kesetiaan Pelanggan
Menurut Jacoby dan Kyner
ada enam kondisi yang bersifat kolektif dan cukup untuk mengekspresikan
kesetiaan pelanggan. Keenam
kondisi yang mengekspresikan kesetiaan terhadap suatu
brand (1) bersifat acak (bias), (2) tanggapan keperilakuan (membeli), (3)
diekspresikan dari waktu ke waktu, (4) oleh satuan pembuatan keputusan,
(5) yang
terkait dengan satu atau lebih brand alternatif dari sehimpunan brand
sejenis, dan (6) merupakan fungsi proses psikologis, yakni proses evaluatif
untuk membuat keputusan (Aritonang R, 2005)
5. Sikap
Sikap
(attitude) adalah suatu kecenderungan yang dipelajari untuk memberikan
respon secara konsisten terhadap suatu objek yang diberikan, seperti halnya
suatu merk. Sikap tergantung pada sistem nilai dari seorang individu yang
mewakili standar pribadi tentang baik dan buruk, benar dan salah, dan
seterusnya, oleh karena itu sikap cenderung lebih tahan lama dan kompleks
dibandingkan dengan kepercayaan (Lamb, Hair, McDaniel, 2001:233).
Sikap
(attitude) sebagai evaluasi konsep secara menyeluruh yang dilakukan oleh
seseorang. Evaluasi merupakan tanggapan pengaruh pada tingkat intensitas dan
gerakan yang relatif rendah. Evaluasi dapat diciptakan oleh sistem afektif
maupun kognitif (Paul Peter dan Olson, 1996:133).
Sikap
(Attitude) konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi
keputusan konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan (beliefe)
dan perilaku (behavior). Kepercayaan konsumen adalah pengetahuan
konsumen mengenai suatu
objek, atributnya, dan manfaatnya (Mowen dan Minor, 1998 hal 242).
5.1 Pembentukan Sikap
Pembentukan sikap
memerlukan pemahaman proses pembelajaran (lebih lengkapnya dapat dibaca di bab
mengenai proses pembelajaran konsumen), melalui classical conditioning, instrumental
conditioning, cognitive learning theory dan observational
learning. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain:
1. Pengalaman Pribadi
2. Pengaruh Keluarga Dan
Teman-Teman
3. Direct Marketing
4. Media Masa
5. Karakteristik individu
5.2 Fungsi Sikap
Untuk mengubah sikap
konsumen terhadap produk / jasa / merek dapat menggunakan pendekatan fungsi
sikap antara lain :
1.
Fungsi utilarian.
Mengungkapkan manfaat dari
produk atau menghindari resiko dari produk.
Contoh : iklan produk lampu
hemat listrik, lebih ekonomis dan tahan 6000 jam.
2. Fungsi mempertahankan ego.
Melindungi seseorang dari
keraguan yang muncul dalam dirinya sendiri atau dari faktor yang mungkin
menjadi ancaman bagi dirinya.
Contoh : susu sustalac :
solusi agar terhindar dari rasa takut tua
3. Fungsi ekspresi nilai.
Menyatakan nilai-nilai,
saya hidup dan identitas sosial dari seseorang. Menggambarkan minat, hoby,
kegiatan, opini dari seseorang konsumen.
4. Fungsi pengetahuan.
Konsumen
diberi tambahan pengetahuan agar menyukai produk.
DAFTAR PUSTAKA
Neila
Ramdhani. 2015. Apakah Kepribadian
Menentukan Pemilihan Media Komunikasi?Metaanalisis Terhadap Hubungan
Kepribadian Extraversional, Neuroticism,
Dan Openness To Experience Dengan Penggunaan Email. Jurrnal Psikologi : Vol
32(2) ;112-129.Yogyakarta. Universita Gadjah Mada.
Rini,
Dkk. 2012. Ilmu Perilaku Konsumen.Ub
Press : Perpustakaan Nasional Katalog Terbitan (KDT).
Santoso,
Boedhi Dan Yaroh. 2018. Pengaruh Kualitas
Produk Dan Faktor Kepribadian Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Makanan
Cepat Saji Lazizaa Chicken And Pizza Malang. Jurnal Aplikasi Bisnis : Vol
4(2) ; 433-436. Malang : Politekni Negeri Malang.
0 Comments:
Posting Komentar